Sabtu, 09 Juni 2012

“Putih itu…”

krrrrraaaak, terdengar punyi patahan entah kayu atau pipa belakang rumah lagi. “ah pasti ade lagi ini” batinku mengeluh.  Ini bukan kali pertama ade melintasi rumahku, tepatnya halaman samping rumah walaupun dipagar ia tetap nekat masuk keperkarangan rumah dengan alasan yang sama. Pertama kali ia melakukan itu aku ingat, hari masih pagi waktu itu ia sempatkan permisi untuk ke halaman samping rumah karena ingin mencari sesuatu yang mungkin saja tidak sengaja menginjak dan mengukir jejak-jejak langkah pada area rumah. Pertama kali ia tanpa suara mengendap-endap ke halaman untuk menangkap hewan berkuping panjang dengan bulu putih lembut itu ia seekor kelinci.

            Aku kemudian bangkit meninggalkan kasur dan bantalku tersayang, aku berjalan menuju arah suara patah tadi, dan benar saja aku melihat sosok anak lelaki usia 20 tahun sedang mencari-cari sesuatu. “apa lagi yang kau injak kini? Sudalah kau panggang saja kelinci itu” hardikku. Ade hanya tertawa dengan hardikanku. Aku dongkol dan aku berteriak memanggil abangku, ia saudara satu-satunya yang selalu bisa ku andalkan. “bangggggg ade menginjak pipa lagi” suaraku lumayan keras agar ade merasa malu dan minta maaf. Tapi ternyata ia tidak melakukannya, ia terus mencari-cari kelinci kesayangannya itu.aku terus saja memandang dengan kesal padanya mengepal tangan dengan muka cemberut.

            “nah ku tanggap kau” sorak ade kegirangan. Lalu menghampiriku yang masih saja cemberut karena abang hanya menyaut tapi tak menghampiri dan ade yang seakan-akan tak mendengarkan kata-kataku. “nanti akan aku perbaiki pipanya,tenang saja, dan maaf lain kali aku pasti hati-hati. Hari ini putih keluar dari kandang ketika aku mengambil wortel sebentar” ceritanya singkat. Aku hanya manyun dan berlalu dihadapannya.kemudian ada suara jejak langkah yang pergi meninggalkan pekaranganku.

            Aku bukanlah seorang pencinta binatang, menurutku hewan-hewan itu menggelikan terutama kucing, aku benar-benar tak suka, kelinci aku suka melihatnya dan percaya atau tidak seumur-umur aku belum pernah mengelus seekor kelinci untuk sekedar membuktikan perkataan orang kalau bulu kelinci sangat lembut dan matanya lucu. Tapi bagiku tidak ada yang lucu, mata kelinci terlalu besar untuk ukuran kepalanya terlihat sangat tidak singkron, telinganya yang panjang sering digenggam ketika ingin menganggatnya,bagiku itu benar-benar tidak lucu, seharusnya kelinci itu marah tapi entah kenapa ia terlihat makin manja jika tuannya perlakukan seperti itu.

            Kebencianku pun berlanjut ketika aku sadar memiliki tetangga yang sangat mencintai kelinci, sejak ia pindah bersebelahan dengan rumahku aku merasa sangat terganggu. Tiap hari mahluk putih yang terlihat bulunya tak berubah itu makin sering berkeliaran, aku heran kenapa anak tetangga yang lain malah menyukai kelinci itu.hingga suatu waktu aku mau pergi kekampus aktifitas rutin dari senin hingga jumat, aku sudah siap hendak berangkat dan lagi-lagi ade masih sibuk dengan kelinci putih itu, “de, ga capek tiap hari ngurusin kelinci, mending cari kerja,haaa” ejekku usil. Ade kemudian berhenti mencari kelincinya yang mungkin sengaja ia lepaskan, aku mulai merasa ga enak hati “sori sori aku becanda de” aku cengengesan.

 “aku hanya dititipi kelinci ini si, 3 bulan lagi tepat setahun kelinci ini bersamaku, aku hanya ingin berhasil dengan kata-kataku kalau aku bisa menjaga kelinci ini. Tapi aku mulai menyukai hewan mungil ini, memang aku telihat sangat malas sekarang dan belum bekerja itukan yang kamu tahu dariluar saja.  Kelinci ini menemaniku, ia tak pernah menyusahkanku.mungkin 3 bulan lagi aku harus mengembalikannya pada orang itu, orang yang menitipkan hatinya dan kelinci putih ini padaku, tapi sayangnya orang itu sudah jauh terbang melintasi gazanah alam, ia tetap titipkan kelinci putih dan hatinya. ”  cerita ade panjang lebar. Aku belum sempat menyaut “udah, mau kuliahkan si?jangan fikirkan kata-kataku tadi,” sahutnya. Aku terpaku,ada hal yang sebenarnya tak kusadari,  hal bodoh yang selalu aku lakukan dengan kebencianku terhadap hewan. Aku coba beri senyuman padanya “maaf, nanti aku mau memberi sedikit wortel pada kelinci itu” ujarku. “tentu saja si boleh,tapi kamu akan tetap tak suka kelinci atau hewan lainnya karena kamu memang sudah begitu dari dulu,kecuali ada yang menitipkan kelinci padamu seperti aku”. Aku hanya mengernyitkan dahi. Dalam hati aku berfikir setidaknya ia berhasil menghapuskan citra cowok usia 20 tahun yang malas dan kurang kerjaan tiap hari, setidaknya aku tahu kelinci itu yang mampu membuatnya mengenang dia yang jauh,dia yang indah,dia yang terpisah garis massa.


<style type="text/css">body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-1/too59.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-1/too59.png), progress !important;}</style><a href="http://www.cursors-4u.com/cursor/2005/10/04/too59.html" target="_blank" title="SpongeBob 3"><img src="http://cur.cursors-4u.net/cursor.png" border="0" alt="SpongeBob 3" style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" /></a>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar