“Putih itu…”
krrrrraaaak,
terdengar punyi patahan entah kayu atau pipa belakang rumah lagi. “ah pasti ade
lagi ini” batinku mengeluh. Ini bukan
kali pertama ade melintasi rumahku, tepatnya halaman samping rumah walaupun
dipagar ia tetap nekat masuk keperkarangan rumah dengan alasan yang sama.
Pertama kali ia melakukan itu aku ingat, hari masih pagi waktu itu ia sempatkan
permisi untuk ke halaman samping rumah karena ingin mencari sesuatu yang
mungkin saja tidak sengaja menginjak dan mengukir jejak-jejak langkah pada area
rumah. Pertama kali ia tanpa suara mengendap-endap ke halaman untuk menangkap
hewan berkuping panjang dengan bulu putih lembut itu ia seekor kelinci.
Aku kemudian bangkit meninggalkan kasur dan bantalku
tersayang, aku berjalan menuju arah suara patah tadi, dan benar saja aku
melihat sosok anak lelaki usia 20 tahun sedang mencari-cari sesuatu. “apa lagi
yang kau injak kini? Sudalah kau panggang saja kelinci itu” hardikku. Ade hanya
tertawa dengan hardikanku. Aku dongkol dan aku berteriak memanggil abangku, ia
saudara satu-satunya yang selalu bisa ku andalkan. “bangggggg ade menginjak
pipa lagi” suaraku lumayan keras agar ade merasa malu dan minta maaf. Tapi
ternyata ia tidak melakukannya, ia terus mencari-cari kelinci kesayangannya
itu.aku terus saja memandang dengan kesal padanya mengepal tangan dengan muka
cemberut.
“nah ku tanggap kau” sorak ade kegirangan. Lalu
menghampiriku yang masih saja cemberut karena abang hanya menyaut tapi tak
menghampiri dan ade yang seakan-akan tak mendengarkan kata-kataku. “nanti akan
aku perbaiki pipanya,tenang saja, dan maaf lain kali aku pasti hati-hati. Hari
ini putih keluar dari kandang ketika aku mengambil wortel sebentar” ceritanya singkat.
Aku hanya manyun dan berlalu dihadapannya.kemudian ada suara jejak langkah yang
pergi meninggalkan pekaranganku.
Aku bukanlah seorang pencinta binatang, menurutku
hewan-hewan itu menggelikan terutama kucing, aku benar-benar tak suka, kelinci
aku suka melihatnya dan percaya atau tidak seumur-umur aku belum pernah
mengelus seekor kelinci untuk sekedar membuktikan perkataan orang kalau bulu
kelinci sangat lembut dan matanya lucu. Tapi bagiku tidak ada yang lucu, mata
kelinci terlalu besar untuk ukuran kepalanya terlihat sangat tidak singkron,
telinganya yang panjang sering digenggam ketika ingin menganggatnya,bagiku itu benar-benar
tidak lucu, seharusnya kelinci itu marah tapi entah kenapa ia terlihat makin
manja jika tuannya perlakukan seperti itu.
Kebencianku pun berlanjut ketika aku sadar memiliki
tetangga yang sangat mencintai kelinci, sejak ia pindah bersebelahan dengan
rumahku aku merasa sangat terganggu. Tiap hari mahluk putih yang terlihat
bulunya tak berubah itu makin sering berkeliaran, aku heran kenapa anak
tetangga yang lain malah menyukai kelinci itu.hingga suatu waktu aku mau pergi
kekampus aktifitas rutin dari senin hingga jumat, aku sudah siap hendak
berangkat dan lagi-lagi ade masih sibuk dengan kelinci putih itu, “de, ga capek
tiap hari ngurusin kelinci, mending cari kerja,haaa” ejekku usil. Ade kemudian
berhenti mencari kelincinya yang mungkin sengaja ia lepaskan, aku mulai merasa
ga enak hati “sori sori aku becanda de” aku cengengesan.
“aku hanya dititipi kelinci ini si, 3 bulan
lagi tepat setahun kelinci ini bersamaku, aku hanya ingin berhasil dengan
kata-kataku kalau aku bisa menjaga kelinci ini. Tapi aku mulai menyukai hewan
mungil ini, memang aku telihat sangat malas sekarang dan belum bekerja itukan
yang kamu tahu dariluar saja. Kelinci
ini menemaniku, ia tak pernah menyusahkanku.mungkin 3 bulan lagi aku harus
mengembalikannya pada orang itu, orang yang menitipkan hatinya dan kelinci
putih ini padaku, tapi sayangnya orang itu sudah jauh terbang melintasi gazanah
alam, ia tetap titipkan kelinci putih dan hatinya. ” cerita ade panjang lebar. Aku belum sempat menyaut
“udah, mau kuliahkan si?jangan fikirkan kata-kataku tadi,” sahutnya. Aku
terpaku,ada hal yang sebenarnya tak kusadari,
hal bodoh yang selalu aku lakukan dengan kebencianku terhadap hewan. Aku
coba beri senyuman padanya “maaf, nanti aku mau memberi sedikit wortel pada
kelinci itu” ujarku. “tentu saja si boleh,tapi kamu akan tetap tak suka kelinci
atau hewan lainnya karena kamu memang sudah begitu dari dulu,kecuali ada yang
menitipkan kelinci padamu seperti aku”. Aku hanya mengernyitkan dahi. Dalam hati
aku berfikir setidaknya ia berhasil menghapuskan citra cowok usia 20 tahun yang
malas dan kurang kerjaan tiap hari, setidaknya aku tahu kelinci itu yang mampu
membuatnya mengenang dia yang jauh,dia yang indah,dia yang terpisah garis
massa.
<style type="text/css">body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-1/too59.ani), url(http://cur.cursors-4u.net/toons/too-1/too59.png), progress !important;}</style><a href="http://www.cursors-4u.com/cursor/2005/10/04/too59.html" target="_blank" title="SpongeBob 3"><img src="http://cur.cursors-4u.net/cursor.png" border="0" alt="SpongeBob 3" style="position:absolute; top: 0px; right: 0px;" /></a>